TEORI BELAJAR
A. BEHAVIORISTIK
a. Belajar : perubahan tingkah laku yang terjadi sebagai akibat interaksi stimulus respon.
b. Stimulus : proses memberikan respon tertentu terhadap yang datang dari luar
1. Edward L Thorndike
Unsure-unsur S – R :
a. Dorongan (drive)
b. Rangsangan (stimulus)
c. Reaksi (respons)
d. Penguatan (reinforcement)
2. Ivan Pavlov dengan teorinya “classical conditioning”
a. belajar : suatu proses yang terjadi karena adanya refleks2 bersyarat
b. tingkah laku organisme dapat dibentuk melalui pengaturan dan manipulasi lingkungan
c. perangsang tak bersyarat yang disertai dengan perangsang bersyarat, memberikan respons bersyarat.
3. E.R Guthrie
a. hubungan S – R bersifat sementara ? diperlukan pemberian stimulus yang sering agar hubungan itu menjadi langgeng
b. respons akan menjadi lebih kuat (bahkan menjadi kebiasan) bila respon tersebut berhubungan dengan berbagai macam stimulus
ex : merokok sulit berhenti
c. hukuman memegang peranan penting dalam dalam proses belajar mengajar. Hukuman yang diberikan pada saat yang tepat akan mampu merubah kebiasaan seseorang
d. tingkah laku manusia dapat berubah dengan mengganti stimulus yang sesuai
e. metode pengubahan tingkah laku :
- metode respon bertentangan
- metode membosankan
- metode mengubah lingkungan
4. B.F Skinner
a. memandang reinforcement sebagai unsure yang paling penting dalam kegiatan belajar
b. hubungan S – R tidaklah sederhana ? manusia berinteraksi satu sama lainnya
B. KOGNITIF
a. Mementingkan proses belajar dari pada hasil itu sendiri
b. Belajar bukan hanya melibatkan S – R tapi melibatkan proses berfikir yang sangat kompleks
c. Jalan pengetahuan dibangun dalam diri seseorang melalui proses interaksi yang berkesinambungan dalam lingkungan
1. Jean Piaget
a. tiga tahapan proses belajar :
- asimilasi : proses penyatuan, pengintegrasian
- akomodasi : penyesuaian struktur kognitif
- equilibrium : penyeimbangan; peneysuaian berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi
b. tahapan perkembangan kognitif :
- sensomotorik ( 1,5 – 2 tahun)
- pra-operasional (2-3 sampai 7-8 tahun)
- oper konkrit (7-8 sampai 12-14 tahun)
- oper formal (14 tahun ke atas)
2. Ausabel
a. murid akan belajar dengan baik jika apa yang disebutnya “advance organizer” (pengatur kemajuan belajar) dapat didefinisikan dan disajikan dengan baik dan tepat oleh gurunya
b. advance organizer ? konsep atau informasi umum yang mencaku semua isi pelajaran yang akan diajarkan kepada siswa
c. manfaat advance organizer :
- menyediakan suatu kerangka konseptual untuk materi pelajaran yang akan dipelajari oleh siswa
- sebagai jembatan yang menghubungkan antara apa yang dipelajari saat ini dengan apa yag akan dipelajari
- sehingga membantu murid dalam memahami bahan belajar secara lebih mudah
D. TEORI BELAJAR HUMANISTIK
1. Menurut teori humanistic, tujuan belajar adalah untuk “memanusiakan manusia”. Proses belajar dianggap berhasil jika mahasiswa telah memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Dengan kata lain, mahasiswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu memcapai aktualisasi diri dengan sebaik2nya.
2. Secara umum, teori ini cendrung bersifat eklektik, dalam arti memanfaatkan teknik belajar apapun asal tujuan belajar mahasiswa dapat tercapai.
3. Sebagai contoh, teori ini terwujud dalam karya Ausabel (dengan “meaningful learning”nya), David Krahwotil dan Benjamin Bloom (dengan “……bloom”nya yang terkenal). Kolb dengan “belajar 4 tahap”nya. Honey dan Munford dengan “pembagian tentang macam mahasiswa”. Dan Habermas dengan “tiga macam tipe belajar”. Kita ingat kembali bahwa Ausabel juga masuk dalam golongan kubu kogniotivisme karena alasan yang lain.
Menurut Kartwohl dan Bloom, ada tiga kawasan tujuan belajar yang bias dicapai mahasiswa yaitu kognitif (pengetahuan), psikomotor (gerak), afektif (sikap).
Menurut Kolb, ada 4 tahap dalam proses belajar :
a. Pengalaman konkrit, mahasiswa mengalami suatu pengalaman tetapi belum mampu memahami pengalaman itu
b. Pengalaman aktif reflektif, mahasiswa mulai mengamati secara aktif pengalamannya dan secara reflektif mulai berusaha mengamati makna pengalaman itu
c. Konseptualisasi, mahasiswa berusaha membuat abstraksi atau berteori tantang pengalamannya
d. Eksperimen aktif, mahasiswa mencoba mengaplikasikan suatu aturan umum ke situasi baru
Honey dan Munford mendasarkan teorinya pada teori Kolb, mereka membagi mahasiswa menjadi 4 macam:
1. Aktivism, mereka yang suka melibatkan diri pada pengalaman baru
2. Reflector, mereka yang banyak membuat pertibangan hati-hati dalam bertindak
3. Teoritis, mereka yang suka menganalisis, berteori, dan cendrung selalu berfikir rasional
4. Pragmatis, mereka yang menaruh perhatian besar pada aspek praktis dari segala sesuatu.
Menurut Habermas, ada tiga tipe balajar :
a. Belajar teknis, menekankan interaksi manusia dengan lingkungan
b. Belajar praktis, tidak hanya menekankan interaksi manusia dengan lingkungannya tetapi juga manusia dengan manusia lain
c. Belajar emansipatoris, menekankan pada pemahaman mahasiswa terhadap transformasi (perubahan cultural) dalam suatu lingkungan.
Teori belajar ini dikritik karena sukar digunakan dalam konteks yang lebih praktis. Teori ini dianggap lebih dekat dengan dunia filsafat dari pada dunia pendidikan
a. Belajar : perubahan tingkah laku yang terjadi sebagai akibat interaksi stimulus respon.
b. Stimulus : proses memberikan respon tertentu terhadap yang datang dari luar
1. Edward L Thorndike
Unsure-unsur S – R :
a. Dorongan (drive)
b. Rangsangan (stimulus)
c. Reaksi (respons)
d. Penguatan (reinforcement)
2. Ivan Pavlov dengan teorinya “classical conditioning”
a. belajar : suatu proses yang terjadi karena adanya refleks2 bersyarat
b. tingkah laku organisme dapat dibentuk melalui pengaturan dan manipulasi lingkungan
c. perangsang tak bersyarat yang disertai dengan perangsang bersyarat, memberikan respons bersyarat.
3. E.R Guthrie
a. hubungan S – R bersifat sementara ? diperlukan pemberian stimulus yang sering agar hubungan itu menjadi langgeng
b. respons akan menjadi lebih kuat (bahkan menjadi kebiasan) bila respon tersebut berhubungan dengan berbagai macam stimulus
ex : merokok sulit berhenti
c. hukuman memegang peranan penting dalam dalam proses belajar mengajar. Hukuman yang diberikan pada saat yang tepat akan mampu merubah kebiasaan seseorang
d. tingkah laku manusia dapat berubah dengan mengganti stimulus yang sesuai
e. metode pengubahan tingkah laku :
- metode respon bertentangan
- metode membosankan
- metode mengubah lingkungan
4. B.F Skinner
a. memandang reinforcement sebagai unsure yang paling penting dalam kegiatan belajar
b. hubungan S – R tidaklah sederhana ? manusia berinteraksi satu sama lainnya
B. KOGNITIF
a. Mementingkan proses belajar dari pada hasil itu sendiri
b. Belajar bukan hanya melibatkan S – R tapi melibatkan proses berfikir yang sangat kompleks
c. Jalan pengetahuan dibangun dalam diri seseorang melalui proses interaksi yang berkesinambungan dalam lingkungan
1. Jean Piaget
a. tiga tahapan proses belajar :
- asimilasi : proses penyatuan, pengintegrasian
- akomodasi : penyesuaian struktur kognitif
- equilibrium : penyeimbangan; peneysuaian berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi
b. tahapan perkembangan kognitif :
- sensomotorik ( 1,5 – 2 tahun)
- pra-operasional (2-3 sampai 7-8 tahun)
- oper konkrit (7-8 sampai 12-14 tahun)
- oper formal (14 tahun ke atas)
2. Ausabel
a. murid akan belajar dengan baik jika apa yang disebutnya “advance organizer” (pengatur kemajuan belajar) dapat didefinisikan dan disajikan dengan baik dan tepat oleh gurunya
b. advance organizer ? konsep atau informasi umum yang mencaku semua isi pelajaran yang akan diajarkan kepada siswa
c. manfaat advance organizer :
- menyediakan suatu kerangka konseptual untuk materi pelajaran yang akan dipelajari oleh siswa
- sebagai jembatan yang menghubungkan antara apa yang dipelajari saat ini dengan apa yag akan dipelajari
- sehingga membantu murid dalam memahami bahan belajar secara lebih mudah
D. TEORI BELAJAR HUMANISTIK
1. Menurut teori humanistic, tujuan belajar adalah untuk “memanusiakan manusia”. Proses belajar dianggap berhasil jika mahasiswa telah memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Dengan kata lain, mahasiswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu memcapai aktualisasi diri dengan sebaik2nya.
2. Secara umum, teori ini cendrung bersifat eklektik, dalam arti memanfaatkan teknik belajar apapun asal tujuan belajar mahasiswa dapat tercapai.
3. Sebagai contoh, teori ini terwujud dalam karya Ausabel (dengan “meaningful learning”nya), David Krahwotil dan Benjamin Bloom (dengan “……bloom”nya yang terkenal). Kolb dengan “belajar 4 tahap”nya. Honey dan Munford dengan “pembagian tentang macam mahasiswa”. Dan Habermas dengan “tiga macam tipe belajar”. Kita ingat kembali bahwa Ausabel juga masuk dalam golongan kubu kogniotivisme karena alasan yang lain.
Menurut Kartwohl dan Bloom, ada tiga kawasan tujuan belajar yang bias dicapai mahasiswa yaitu kognitif (pengetahuan), psikomotor (gerak), afektif (sikap).
Menurut Kolb, ada 4 tahap dalam proses belajar :
a. Pengalaman konkrit, mahasiswa mengalami suatu pengalaman tetapi belum mampu memahami pengalaman itu
b. Pengalaman aktif reflektif, mahasiswa mulai mengamati secara aktif pengalamannya dan secara reflektif mulai berusaha mengamati makna pengalaman itu
c. Konseptualisasi, mahasiswa berusaha membuat abstraksi atau berteori tantang pengalamannya
d. Eksperimen aktif, mahasiswa mencoba mengaplikasikan suatu aturan umum ke situasi baru
Honey dan Munford mendasarkan teorinya pada teori Kolb, mereka membagi mahasiswa menjadi 4 macam:
1. Aktivism, mereka yang suka melibatkan diri pada pengalaman baru
2. Reflector, mereka yang banyak membuat pertibangan hati-hati dalam bertindak
3. Teoritis, mereka yang suka menganalisis, berteori, dan cendrung selalu berfikir rasional
4. Pragmatis, mereka yang menaruh perhatian besar pada aspek praktis dari segala sesuatu.
Menurut Habermas, ada tiga tipe balajar :
a. Belajar teknis, menekankan interaksi manusia dengan lingkungan
b. Belajar praktis, tidak hanya menekankan interaksi manusia dengan lingkungannya tetapi juga manusia dengan manusia lain
c. Belajar emansipatoris, menekankan pada pemahaman mahasiswa terhadap transformasi (perubahan cultural) dalam suatu lingkungan.
Teori belajar ini dikritik karena sukar digunakan dalam konteks yang lebih praktis. Teori ini dianggap lebih dekat dengan dunia filsafat dari pada dunia pendidikan
2. Pengertian kognitif menurut Piaget (Hetherington & Parke, 1975)
Sedangkan menurut Piaget (Hetherington & Parke, 1975) menyebutkan bahwa ” kognitif adalah bagaimana anak beradaptasi dan menginterpretasikan objek dan kejadian-kejadian di sekitarnya”. Pieget memandang bahwa anak memainkan peran aktif di dalam menyusun pengetahuannya mengenai realitas, anak tidak pasif menerima informasi. Selanjutnya walaupun proses berpikir dan konsepsi anak mengenai realitas telah dimodifikasi oleh pengalamannya dengan dunia sekitar dia, namun anak juga aktif menginterpretasikan informasi yang ia peroleh dari pengalaman, serta dalam mengadaptasikannya pada pengetahuan dan konsepsi.
Sedangkan menurut Piaget (Hetherington & Parke, 1975) menyebutkan bahwa ” kognitif adalah bagaimana anak beradaptasi dan menginterpretasikan objek dan kejadian-kejadian di sekitarnya”. Pieget memandang bahwa anak memainkan peran aktif di dalam menyusun pengetahuannya mengenai realitas, anak tidak pasif menerima informasi. Selanjutnya walaupun proses berpikir dan konsepsi anak mengenai realitas telah dimodifikasi oleh pengalamannya dengan dunia sekitar dia, namun anak juga aktif menginterpretasikan informasi yang ia peroleh dari pengalaman, serta dalam mengadaptasikannya pada pengetahuan dan konsepsi.
B. Pembelajaran menurur Robert.M.Gagne
1. Pengertian Belajar
Menurut Robert M. Gagné belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi, dan menjadi kapabilitas baru (Syaiful, 2007:17). Gagné berpendapat bahwa belajar bukan hanya disebabkan oleh proses pertumbuhan saja, namun juga disebabkan oleh perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia yang terjadi setelah belajar secara terus menerus. Gagné berkeyakinan bahwa belajar dipengaruhi oleh faktor dalam diri dan faktor luar diri dimana keduanya saling berinteraksi. Komponen-komponen belajar dalam proses belajar menurut Gagné merupakan situasi yang memberi stimulus yang menghasilkan respon, namun di antara stimulus dan respon tersebut terdapat hubungan yang terjadi dalam diri seseorang yang tidak dapat diamati.
Menurut Gagné ada tiga tahap dalam belajar, yaitu:
a. persiapan untuk belajar dengan melakukan tindakan mengarahkan perhatian.
b. pemerolehan dan unjuk perbuatan untuk pembangkitan kembali, respon dan penguatan.
c. alih belajar yaitu pengisyaratan untuk memberlakukan secara umum
Belajar merupakan proses manusia dalam memperoleh pengetahuan atau menguasai pengetahuan melalui pengalaman, mengingat, mendapatkan informasi atau menemukan (Hilgrad & Bower dalam Baharuddin dan Wahyuni, 2007:13). Belajar juga merupakan proses berubahnya tingkah laku yang relatif permanen yang disebabkan oleh interaksi dengan lingkungannya. Proses belajar merupakan hal yang menarik untuk dibicarakan, sehingga sudah banyak ahli yang mengemukakan teori-teori dan pandangan-pandangan mereka mengenai proses belajar tersebut.
1. Pengertian Belajar
Menurut Robert M. Gagné belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi, dan menjadi kapabilitas baru (Syaiful, 2007:17). Gagné berpendapat bahwa belajar bukan hanya disebabkan oleh proses pertumbuhan saja, namun juga disebabkan oleh perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia yang terjadi setelah belajar secara terus menerus. Gagné berkeyakinan bahwa belajar dipengaruhi oleh faktor dalam diri dan faktor luar diri dimana keduanya saling berinteraksi. Komponen-komponen belajar dalam proses belajar menurut Gagné merupakan situasi yang memberi stimulus yang menghasilkan respon, namun di antara stimulus dan respon tersebut terdapat hubungan yang terjadi dalam diri seseorang yang tidak dapat diamati.
Menurut Gagné ada tiga tahap dalam belajar, yaitu:
a. persiapan untuk belajar dengan melakukan tindakan mengarahkan perhatian.
b. pemerolehan dan unjuk perbuatan untuk pembangkitan kembali, respon dan penguatan.
c. alih belajar yaitu pengisyaratan untuk memberlakukan secara umum
Belajar merupakan proses manusia dalam memperoleh pengetahuan atau menguasai pengetahuan melalui pengalaman, mengingat, mendapatkan informasi atau menemukan (Hilgrad & Bower dalam Baharuddin dan Wahyuni, 2007:13). Belajar juga merupakan proses berubahnya tingkah laku yang relatif permanen yang disebabkan oleh interaksi dengan lingkungannya. Proses belajar merupakan hal yang menarik untuk dibicarakan, sehingga sudah banyak ahli yang mengemukakan teori-teori dan pandangan-pandangan mereka mengenai proses belajar tersebut.
b. WATSON
Menurut Watson, pelopor lain yang datang sesudah Thorndike, stimulus dan respon, tersebut harus berbentuk tingkah laku yang bisa diamati (observable) dengan kata lain, Watson mengabaikan berbagai perubahan mental yang mungkin terjadi dalam belajar dan menggabungnya sebagai faktor yang tak perlu diketahui. Bukan berarti semua perubahan mental yang mungkin terjadi dalam benak siswa tidak penting, semua itu penting tapi, faktor – faktor terse-but tidak bisa menjelaskan apakah proses belajar sudah terjadi atau belum.
Hanya dengan asumsi demikian, kata watson kita bisa meramalkan perubahan yang bakal terjadi pada siswa, dan hanya dengan demikianlah psikologi dan ilmu tentang belajar dapat disejajarkan dengan ilmu – ilmu lainnya seperti fi-sika, atau biologi yang sangat berorientasi kepada alam empirik.
Penganut aliran tingkah laku lebih suka memilih untuk tidak memikirkan hal-hal yang bisa diukur, meskipun mereka tetap mengakui bahwa semua itu pent-ing, teori watson ini juga disebut sebagai aliran tingkah laku (behaviorism) Tiga pakar lainnya adalah CLARK HULL, EDWIN GUTHRIE dan B.F. SKINNER. Ketiga pakar terakhir ini menggunakan variabel S-R. Untuk men-jelaskan teori – teori mereka, meskipun tiga pakar ini disebut tokoh Behavi-oristik namun pendapat mereka satu sama lainnya secara prinsip tetap berbeda
Menurut Watson, pelopor lain yang datang sesudah Thorndike, stimulus dan respon, tersebut harus berbentuk tingkah laku yang bisa diamati (observable) dengan kata lain, Watson mengabaikan berbagai perubahan mental yang mungkin terjadi dalam belajar dan menggabungnya sebagai faktor yang tak perlu diketahui. Bukan berarti semua perubahan mental yang mungkin terjadi dalam benak siswa tidak penting, semua itu penting tapi, faktor – faktor terse-but tidak bisa menjelaskan apakah proses belajar sudah terjadi atau belum.
Hanya dengan asumsi demikian, kata watson kita bisa meramalkan perubahan yang bakal terjadi pada siswa, dan hanya dengan demikianlah psikologi dan ilmu tentang belajar dapat disejajarkan dengan ilmu – ilmu lainnya seperti fi-sika, atau biologi yang sangat berorientasi kepada alam empirik.
Penganut aliran tingkah laku lebih suka memilih untuk tidak memikirkan hal-hal yang bisa diukur, meskipun mereka tetap mengakui bahwa semua itu pent-ing, teori watson ini juga disebut sebagai aliran tingkah laku (behaviorism) Tiga pakar lainnya adalah CLARK HULL, EDWIN GUTHRIE dan B.F. SKINNER. Ketiga pakar terakhir ini menggunakan variabel S-R. Untuk men-jelaskan teori – teori mereka, meskipun tiga pakar ini disebut tokoh Behavi-oristik namun pendapat mereka satu sama lainnya secara prinsip tetap berbeda
6. Aliran Sibernetik
Teori belajar jenis ke 6 mungkin paling baru dari semua teori belajar yang kita kenal, adalah teori Sibenertik. Teori ini berkembang sejalan dengan perkemban-gan ilmu informasi. Menurut teori ini belajar adalah pengolahan informasi.
Sekilas teori ini mempunyai kesamaan dengan teori kognitif yang mementingkan proses. Proses memang penting dalam teori sibernetik. Namun yang lebih penting adalah “sistem informasi” yang diproses itu.
Asumsi lain dari teori sibenertik ini adalah bahwa tidak ada satu proses belajarpun yang ideal untuk segala situasi, yang cocok untuk semua siswa, Maka sebuah informasi mungkin akan dipelajari seorang siswa dengan satu macam proses be-lajar dan informasi yang sama itu mungkin akan di pelajari Siswa lain melalui proses belajar yang berbeda.
Dalam bentuk yang lebih praktis, teori ini telah dikembangkan oleh Lauda (dalam pendekatan yang disebut “algoritmik” dan “heuristik”) Pas dan Scott (dengan pembagian siswa tipe “menyeluruh” atau Wholist” dan tipe “serial” atau “se-rialis”) atau pendekatan – pendekatan lain yang berorientasi pada pengolahan in-formasi.
a) Landa
Menurut Landa ada dua macam proses berfikir yang pertama disebut proses berfikir algoritmik, yaitu proses berfikir linear, konvergan, lurus menuju kesatu terget tertentu, Jenis kedua adalah cara berfikir heuristik, yakni cara berfikir divergan menuju beberapa target sekaligus.
Proses belajar akan berjalan dengan baik jika apa yang hendak dipelajari itu/masalah yang hendak dipecahkan diketahui ciri – cirinya. Satu hal lebih tepat disajikan dalam urutan teratur, linear sekuensial, satu hal lain lebih tepat bila disajikan dalam bentuk terbuka dan memberi keleluasaan pada siswa – siswa untuk berimajinasi dan berfikir.
Misalnya agar siswa mampu memahami sebuah rumus matematika, mungkin akan lebih efektif jika presentasi informasi tentang rumus ini disajikan secara algorirmik. Alasanya adalah sebuah rumus matematikan biasanya mengikuti urutan tahap demi tahap yang sudah teratur dan mengarah kesatu target tertentu.
b) Pask dan Scott
Pendekatan serialis yang diurutkan oleh Pask dan Scott itu sama dengan pen-dekatan algoritmik. Namun cara berfikir menyeluruh (wholist) tidak sama dengan heusristik. Cara berfikirnya menyeluruh adalah cara berfikir yang cenderung melompat kedepan, langsung ke gambaran lengkap sebuah sistem informasi.
Pendekatan yang berorientasi pada pengelolaan informasi menekankan bebe-rapa hal seperti ingatan jangka pendek (short termmemory) ingatan jangka panjang (long termmemory) dan sebagainya.
Teori pengelolaan informasi sesuatu deskripsi (Wittrock 1978) otak itu bukan konsumen yang pasif dari informasi, ia secara aktif memilih, menunjukan perhatian, mengorganisaikan mempersepsi, mengubah menjadi sandi, dan mendapatkan kembali simpanan informasi, kadang–kadang otak menghasilkan gambaran yang lengkap dari stimulus setengah angan–angan pada kali yang lain, otak mengupas pula runag yang komplek menjadi pola yang lebih sederhana operasi–operasi, interpretasi dan inferensi yang banyak jumlah dan ragamnya menyifatkan kenyataan rumit yang dibentuk oleh otak.
Teori belajar jenis ke 6 mungkin paling baru dari semua teori belajar yang kita kenal, adalah teori Sibenertik. Teori ini berkembang sejalan dengan perkemban-gan ilmu informasi. Menurut teori ini belajar adalah pengolahan informasi.
Sekilas teori ini mempunyai kesamaan dengan teori kognitif yang mementingkan proses. Proses memang penting dalam teori sibernetik. Namun yang lebih penting adalah “sistem informasi” yang diproses itu.
Asumsi lain dari teori sibenertik ini adalah bahwa tidak ada satu proses belajarpun yang ideal untuk segala situasi, yang cocok untuk semua siswa, Maka sebuah informasi mungkin akan dipelajari seorang siswa dengan satu macam proses be-lajar dan informasi yang sama itu mungkin akan di pelajari Siswa lain melalui proses belajar yang berbeda.
Dalam bentuk yang lebih praktis, teori ini telah dikembangkan oleh Lauda (dalam pendekatan yang disebut “algoritmik” dan “heuristik”) Pas dan Scott (dengan pembagian siswa tipe “menyeluruh” atau Wholist” dan tipe “serial” atau “se-rialis”) atau pendekatan – pendekatan lain yang berorientasi pada pengolahan in-formasi.
a) Landa
Menurut Landa ada dua macam proses berfikir yang pertama disebut proses berfikir algoritmik, yaitu proses berfikir linear, konvergan, lurus menuju kesatu terget tertentu, Jenis kedua adalah cara berfikir heuristik, yakni cara berfikir divergan menuju beberapa target sekaligus.
Proses belajar akan berjalan dengan baik jika apa yang hendak dipelajari itu/masalah yang hendak dipecahkan diketahui ciri – cirinya. Satu hal lebih tepat disajikan dalam urutan teratur, linear sekuensial, satu hal lain lebih tepat bila disajikan dalam bentuk terbuka dan memberi keleluasaan pada siswa – siswa untuk berimajinasi dan berfikir.
Misalnya agar siswa mampu memahami sebuah rumus matematika, mungkin akan lebih efektif jika presentasi informasi tentang rumus ini disajikan secara algorirmik. Alasanya adalah sebuah rumus matematikan biasanya mengikuti urutan tahap demi tahap yang sudah teratur dan mengarah kesatu target tertentu.
b) Pask dan Scott
Pendekatan serialis yang diurutkan oleh Pask dan Scott itu sama dengan pen-dekatan algoritmik. Namun cara berfikir menyeluruh (wholist) tidak sama dengan heusristik. Cara berfikirnya menyeluruh adalah cara berfikir yang cenderung melompat kedepan, langsung ke gambaran lengkap sebuah sistem informasi.
Pendekatan yang berorientasi pada pengelolaan informasi menekankan bebe-rapa hal seperti ingatan jangka pendek (short termmemory) ingatan jangka panjang (long termmemory) dan sebagainya.
Teori pengelolaan informasi sesuatu deskripsi (Wittrock 1978) otak itu bukan konsumen yang pasif dari informasi, ia secara aktif memilih, menunjukan perhatian, mengorganisaikan mempersepsi, mengubah menjadi sandi, dan mendapatkan kembali simpanan informasi, kadang–kadang otak menghasilkan gambaran yang lengkap dari stimulus setengah angan–angan pada kali yang lain, otak mengupas pula runag yang komplek menjadi pola yang lebih sederhana operasi–operasi, interpretasi dan inferensi yang banyak jumlah dan ragamnya menyifatkan kenyataan rumit yang dibentuk oleh otak.