Senin, 30 Mei 2011

Teori belajar


TEORI THORNDIKE
Teori S-R (Stimulus – Respon)
Dalam teori S-R di katakana bahwa dalam proses belajar, pertama kali organisme (Hewan, Orang) belajar dengan cara coba salah (Trial end error). Kalau organisme berada dalam suatu situasi yang mengandung masalah, maka organisme itu akan mengeluarkan serentakan tingkah laku dari kumpulan tingkah laku yang ada padanya untuk memecahkan masalah itu. Berdasarkan pengalaman itulah , maka pada saat menghadai masalah yang serupa, organisme sudah tahu tingkah laku mana yang harus di keleluarkan nya untuk memecahkan masalah. Ia mengasosiasikan suatu masalah tertentu dengan suatu tingkah laku tertentu. Seekor kucing misalnya, yang di masukkan dalam kandang yang terkunci akan bergerak, berjalan, meloncat, mencakar dan sebagainya sampai suatu saat secara kebetulan ia menginjak suatu pedal dalam kandang itu sehingga kandang itu terbuka. Sejak itu, kucing akan langsung menginjak pedal kalau ia dimasukkan dalam kandag yang sama.


ISI TEORI THORNDIKE
Teori ini disebut dengan teori S-R. dalam teori S-R di katakana bahwa dalam proses belajar, pertama kali organisme (Hewan, Orang) belajar dengan cara coba salah (Trial end error). Kalau organisme berada dalam suatu situasi yang mengandung masalah, maka organisme itu akan mengeluarkan serentakan tingkah laku dari kumpulan tingkah laku yang ada padanya untuk memecahkan masalah itu. Berdasarkan pengalaman itulah , maka pada saat menghadai masalah yang serupa, organisme sudah tahu tingkah laku mana yang harus di keleluarkan nya untuk memecahkan masalah. Ia mengasosiasikan suatu masalah tertentu dengan suatu tingkah laku tertentu. Seekor kucing misalnya, yang di masukkan dalam kandang yang terkunci akan bergerak, berjalan, meloncat, mencakar dan sebagainya sampai suatu saat secara kebetulan ia menginjak suatu pedal dalam kandang itu sehingga kandang itu terbuka. Sejak itu, kucing akan langsung menginjak pedal kalau ia dimasukkan dalam kandag yang sama.

Dalam proses belajar yang mengikuti prinsip coba-salah ini ada beberapa hukum yang dikemukakan Thorndike:
a. Hukum Efek (The Law of Effect)
Intensitas hubungan antara S dan R meningkat apabila hubungan itu diikuti oleh keadaan yang menyenangkan. Sebaliknya, hubungan itu akan berkuran, kalau diikuti oleh keadaan yang tidak menyenangkan. Dengan demikian, maka setiap tingkah laku yang menghasilkan keputusan tertentu, akan diasosiasikan dengan situasi tersebut. Jadi, apabila situasi tampil lagi, maka tingkah laku akan tampil lagi. Dalam contoh kucing dalam kandang di atas, tingkah laku injak pedal akan diasosiasikan dengan situasi menyenangkan karena terbebas dari kandang. Dengan teorinya ini Thorndike dapat dikatakan sebagai penganut paham asosiasionisme baru. Berbeda dengan asosiasionisme lama yang dianut oleh John Locke dan Mills bapak beranak, maka asosiasionisme baru tidak menghubungkan antara ide dengan ide, melainkan menghubungkan antara stimulus dengan respons atau respons dengan respons.
b. Hukum Latihan (The Law of Exercise) atau hukum guna-tak guna (The Law od Use and Disuse):
Hubungan S-R juga dapat ditimbulkan atau didorong melalui latihan yangberulang-ulang. Dengan demikia, ini berarti pula, hubungan S-R juga dapat ditimbulkan atau didorong melalui latihan yang berulang-ulang. Dengan demikian, ini berarti pula, hubungan S-R dapat melemah kalau tidak dilatih atau dilakukan berulang-ulang. Karena kegunaan R terhadap suatu S tertentu dalam hal yang terakhir ini tidak bisa lagi dirasakan atau makin lama makin menghilang pada organsime yang bersangkutan.
c. The Law of Readiness
The law of readiness tertulis dalam Original Nature of Man – 1913, yang terbagi dalam tiga bagian, dan disingkat sebagai berikut :
1. When a conduction unit is ready to conduct, conduction by it is satisfying
2. For a conduction unit ready to conduct, not to conduct is annoying
3. When a conduction unit is not ready for conduction and is forced to conduct, conduction by it is annoying
(catatan : a conduction unit ready to conduct = kesiapan untuk bertindak atau mengarahkan ke tujuan)

Ketiga bagian dari law of readiness, diubah dalam istilah yang lebih baru, menjadi :
1. When someone is ready to perform some act, to do so is satisfying
2. When someone is ready to perform some act, not to do so is annoying
3. When someone is not ready to perform some act, and is forced to do so it is annoying

Catatan :
A satisfying state of affair = suatu kondisi dimana mahkluk tidak mau menghindarinya, berusaha untuk memperoleh atau mempertahankannya
An annoying state of affair = suatu kondisi dimana mahkluk berusaha untuk menghindari atau mengabaikannya
disebabkan oleh dua hal, yaitu :
o jika perilaku untuk mencapai tujuan terganggu
o jika dipaksa untuk melakukan sesuatu yang tidak diinginkan


PERKEMBANGAN TEORI THORNDIKE
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN TEORI THORNDIKE
Teori ini sering kali tidak mampu menjelaskan situasi belajar yang kompleks, sebab banyak variabel atau hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan dan atau belajar yang tidak dapat diubah menjadi sekedar hubungan stimulus dan respon. Teori ini tidak mampu menjelaskan alasan-alasan yang mengacaukan hubungan antara stimulus dan respon ini dan tidak dapat menjawab hal-hal yang menyebabkan terjadinya penyimpangan antara stimulus yang diberikan dengan responnya
Namun kelebihan dari teori ini cenderung mengarahkan anak untuk berfikir linier, konvergen, tidak kreatif dan tidak produktif. Pandangan teori ini bahwa belajar merupakan proses pembentukan atau shapping yaitu membawa anak menuju atau mencapai target tertentu, sehingga menjadikan peserta didik untuk tidak bebas berkreasi dan berimajinasi.

B.F. Skinner (104-1990) berkebangsaan Amerika dikenal sebagai tokoh behavioris dengan pendekatan model instruksi langsung (directed instruction) dan meyakini bahwa perilaku dikontrol melalui proses operant conditioning. Gaya mengajar guru dilakukan dengan beberapa pengantar dari guru secara searah dan dikontrol guru melalui pengulangan (drill) dan latihan (exercise).
Manajemen kelas menurut Skinner adalah berupa usaha untuk memodifikasi perilaku (behavior modification) antara lain dengan penguatan (reinforcement) yaitu memberi penghargaan pada perilaku yang diinginkan dan tidak memberi imbalan pada perilaku yang tidak tepat.
Operant Concitioning atau pengkondisian operan adalah suatu proses penguatan perilaku operan (penguatan positif atau negatif) yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat berulang kembali atau menghilang sesuai dengan keinginan.
Perilaku operan adalah perilaku yang dipancarkan secara spontan dan bebas berbeda dengan perilaku responden dalam pengkondisian Pavlov yang muncul karena adanya stimulus tertentu. Contoh perilaku operan yang mengalami penguatan adalah: anak kecil yang tersenyum mendapat permen oleh orang dewasa yang gemas melihatnya, maka anak tersebut cenderung mengulangi perbuatannya yang semula tidak disengaja atau tanpa maksud tersebut. Tersenyum adalah perilaku operan dan permen adalah penguat positifnya.
Skinner membuat eksperimen sebagai berikut: dalam laboratorium, Skinner memasukkan tikus yang telah dilaparkan dalam kotak yang disebut “Skinner box”, yang sudah dilengkapi dengan berbagai peralatan, yaitu tombol, alat memberi makanan, penampung makanan, lampu yang dapat diatur nyalanya, dan lantai yang dapat dialiri listrik.
Karena dorongan lapar (hunger drive), tikus berusaha keluar untuk mencari makanan. Selama tikus bergerak kesana-kemari untuk keluar dari box, tidak sengaja ia menekan tombol, makanan keluar. Secara terjadwal diberikan makanan secara bertahap sesuai peningkatan perilaku yang ditunjukkan si tikus, proses ini disebut shaping.
Berdasarkan berbagai percobaannya pada tikus dan burung merpati, Skinner menyatakan bahwa unsur terpenting dalam belajar adalah penguatan (reinforcement). Maksudnya adalah pengetahuan yang terbentuk melalui ikatan stimulu-respon akan semakin kuat bila diberi penguatan.
Skinner membagi penguatan ini menjadi dua, yaitu penguatan positif. Penguatan positif sebagai stimulus, dapat meningkatkan terjadinya pengulangan tingkah laku itu sedangkan penguatan negatif dapat mengakibatkan perilaku berkurang atau menghilang. Bentuk-bentuk penguatan positif adalah berupa hadiah (permen, kado, makanan, dll), perilaku (senyum, menganggukkan kepala untuk menyetujui, bertepuk tangan, mengacungkan jempol), atau penghargaan (nilai A, Juara 1 dsb). Bentuk-bentuk penguatan negatif antara lain: menunda/tidak memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan atau menunjukkan perilaku tidak senang (menggeleng, kening berkerut, muka kecewa dll).
Beberapa prinsip belajar Skinner antara lain:
1. Hasil belajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan, jika benar diberi penguat.
2. Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.
3. Materi pelajaran, digunakan sistem modul.
4. Dalam proses pembelajaran, lebih dipentingkan aktivitas sendiri.
5. Dalam proses pembelajaran, tidak digunakan hukuman. Namun ini lingkungan perlu diubah, untuk menghindari adanya hukuman.
6. Tingkah laku yang diinginkan pendidik, diberi hadiah, dan sebagainya. Hadiah diberikan dengan digunakannya jadwal variable rasio reinforcer.
7. Dalam pembelajaran, digunakan shaping.

B. Aplikasi Teori Skinner Terhadap Pembelajaran
1. Bahan yang dipelajari dianalisis sampai pada unit-unit secara organis.
2. Hasil berlajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan dan jika benar diperkuat.
3. Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.
4. Materi pelajaran digunakan sistem modul.
5. Tes lebih ditekankan untuk kepentingan diagnostic.
6. Dalam proses pembelajaran lebih dipentingkan aktivitas sendiri.
7. Dalam proses pembelajaran tidak dikenakan hukuman.
8. Dalam pendidikan mengutamakan mengubah lingkungan untuk mengindari pelanggaran agar tidak menghukum.
9. Tingkah laku yang diinginkan pendidik diberi hadiah.
10. Hadiah diberikan kadang-kadang (jika perlu)
11. Tingkah laku yang diinginkan, dianalisis kecil-kecil, semakin meningkat mencapai tujuan.
12. Dalam pembelajaran sebaiknya digunakan shaping.
13. Mementingkan kebutuhan yang akan menimbulkan tingkah laku operan.
14. Dalam belajar mengajar menggunakan teaching machine.
15. Melaksanakan mastery learning yaitu mempelajari bahan secara tuntas menurut waktunya masing-masing karena tiap anak berbeda-beda iramanya. Sehingga naik atau tamat sekolah dalam waktu yang berbeda-beda. Tugas guru berat, administrasi kompleks.

C. Kelebihan dan Kekurangan Teori Skinner
1. Kelebihan
Pada teori ini, pendidik diarahkan untuk menghargai setiap anak didiknya. hal ini ditunjukkan dengan dihilangkannya sistem hukuman. Hal itu didukung dengan adanya pembentukan lingkungan yang baik sehingga dimungkinkan akan meminimalkan terjadinya kesalahan.
2. Kekurangan
Tanpa adanya sistem hukuman akan dimungkinkan akan dapat membuat anak didik menjadi kurang mengerti tentang sebuah kedisiplinan. hal tersebuat akan menyulitkan lancarnya kegiatan belajar-mengajar. Dengan melaksanakan mastery learning, tugas guru akan menjadi semakin berat.
Beberapa Kekeliruan dalam penerapan teori Skinner adalah penggunaan hukuman sebagai salah satu cara untuk mendisiplinkan siswa. Menurut Skinner hukuman yang baik adalah anak merasakan sendiri konsekuensi dari perbuatannya. Misalnya anak perlu mengalami sendiri kesalahan dan merasakan akibat dari kesalahan. Penggunaan hukuman verbal maupun fisik seperti: kata-kata kasar, ejekan, cubitan, jeweran justru berakibat buruk pada siswa.
Selain itu kesalahan dalam reinforcement positif juga terjadi didalam situasi pendidikan seperti penggunaan rangking Juara di kelas yang mengharuskan anak menguasai semua mata pelajaran. Sebaliknya setiap anak diberi penguatan sesuai dengan kemampuan yang diperlihatkan sehingga dalam satu kelas terdapat banyak penghargaan sesuai dengan prestasi yang ditunjukkan para siswa: misalnya penghargaan di bidang bahasa, matematika, fisika, menyanyi, menari atau olahraga.

5. Teori Conditioning of learning, Robert M. Gagne
Menurut gagne belajar adalah mekanisme dimana seseorang menjadi anggota masyarakat yang berfungsi secara kompleks, kompetensi itu meliputi skill, pengetahuan, attitude (prilaku) dan nilai-nilai yang diperlukan oleh manusia sehingga belajar adalah hasil dalam berbagai macam tingkah laku yang selanjutnya disebut kapasitas atau outcome.
Kelemahan teori ini adalah bahwa tidak semua orang mampu beradaptasi walaupun dia ber IQ tinggi karena dalam teori ini semua berkaitan.
Kelebihan teori ini bahwa menurut gagne semua factor yang kompleks berperan pada proses belajar manusia.

tokoh_tokoh uyang melatar belakangi aliran kognitif ada 3 yaitu: 1. Jean piaget, beliau mengemukakan tenatang 3 prinsip utama pembelajaran yaitu: belajar akti, belajar lewat interaksi sosial dan belajar lewat pengalaman sendiri. tokoh yang ke 2 yaitu JA Brunner, beliau mengemukakan 4 pokok utama dalam belajar yaitu : peranan pengalaman struktur pengetahuan, kesiapan mempelajari sesuatu, intuisi dan cara membangkitkan motivasi belajar,dan tokoh yang ke3 adalah David Ausable, beliau mengemukakan teori belajar bermakna, yaitu proses mengaitkan informasi baru dengan dengan konsep-kosep yang relevan dan terdapat dalam struktur kognitif seseorang.

Menurut saya teori pembelajaran kognitif ini sangat baik jika di terapkan dalam kegiatan belajar mengajar dimana siswa secara aktif belajar dengan sendirinya,siswa mengolah pengalamannya sebagai bahan belajar, siswa belajar tanpa adanya tekanan dari guru. dalam teori pembelajaran kognitif yang telah dikemukakan oleh jean piaget,JA brunner,dan david ausable terdapat prinsip-prinsip belajar yang apa bila prinsi-prinsp tersebut jika diterapkan secara berkaitan dan secara sistematis dapat menjadikan proses pembelajaran yang mudah diterima oleh siswa . pembelajaran kognitif punya kelemahan yaitu bagi siswa yang cenderung pasif akan sulit mengembangkan potensi yang ada pada siswa tersebut .....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

terima kasih udah singgah d blog aku jgn lupa kasih komentarnya .... komentarmu menandakan bahwa kamu udah mampir ke blog aku ... :)